Menu Tab

  • BERANDA
  • PUISI
  • MOTIVASI
  • INDOOR
  • OUTDOOR

Minggu, 24 November 2013

GURU Pengemban Amanah Jiwa, Bukan Sekedar Raga Tak Ber-Asa.

We Sing For You at NET.tv malam ini membuat saya tergetar.
Antara bangga, menyadari betapa banyak kesalahan, semakin banyak yang harus diperbaiki, dan benar-benar harus lebih banyak belajar untuk menjadi guru yang menginspirasi.
Tema yang mereka hadirkan adalah GURU.
Mereka memberikan apresiasi kepada guru di Sekolah Alam Tunas Mulia. Sekolah anak-anak pemulung, dimana mereka harus dibujuk dan disadarkan agar merasa butuh dengan pendidikan.
Orang tua pemulung, tidak menginginkan anak-anak mereka kelak menjadi pemulung!
Acara didisain sangat bagus.
Menghadirkan tiga alumni yang sekarang sudah menikmati bangku kuliah di Universitas Jayabaya.
Para guru itu dibayar tanpa standar UMR, apalagi slip gaji tunjangan.
Yang membuatku bangga, karena tim kreatif mereka semua anak-anak muda.
Mereka adalah pribadi-pribadi yang belajar berterimakasih dan menghargai.


Kita jadi bisa, menulis dan membaca, karena siapa ....
Kita jadi tahu, beraneka bidang ilmu, dari siapa ...
Kita jadi pandai, dibimbing Pak Guru
Kita jadi pandai, dibimbing Bu Guru
Guru bak pelita, penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara ........

Bait lagu ini, terasa seperti cermin terbesar yang menghadirkan pertanyaan kepada saya.
Apakah benar saya sudah layak disebut guru?
Sudah yakinkah, bahwa jalan guru ini adalah jalan ibadah saya?
Dan, sudahkah saya berikan yang benar kepada murid-murid saya?

Guru tidak sekedar membacakan ulang informasi!
Guru tidak sekedar meminta murid melakukan tugas!
Guru tidak sekedar punya hak mengajari!
Guru tidak sekedar punya hak menghakimi!

Dan guru, bukan sekedar pribadi yang ikut test dan diterima di sebuah instansi pendidikan yang bertugas untuk menemani. Siapapun bisa menjadi guru. Dan menjadi pribadi yang DIGUGU dan DITIRU butuh mengamalkan ilmu.

Di Sekolah Alam Tunas Mulia, seorang kakak kelas yang sedang duduk di bangku SMA, ikhlas menjadi guru bagi adik-adik kelasnya. Ketika ia ditanya, mengapa ia mau memilih membimbing adik-adiknya, ia menjawab:
"Saya anak pemulung, dan saya ingin kami semua tidak jadi pemulung. Kami ingin menikmati belajar di jenjang yang lebih tinggi dan menggapai cita-cita kami"

Seorang guru ditanya, mengapa Ibu memilih menjadi guru di sini. Beliau menjawab:
"Mereka adalah anak-anak yang tidak sekedar butuh diajari. Kami juga memberi mereka KASIH SAYANG dan KETULUSAN MENDIDIK kepada mereka.

Saya terdiam, melihat kembali ke cermin terbesar. Dan jawabannya adalah,
"Aku belum punya kepribadian itu. Masih jauuuuuuh... "

Membayangkan diri mampu seperti cerita di syair lagu JASAMU GURU
Guru Bak PELITA, PENERANG dan gulita
Jasamu tiada tara ...

Presiden, tentara, dokter, pengacara, dan semua ... mereka pernah bersekolah.
Pertanyaan dua sisi mata pedang selalu hadir ....
Jika mereka mampu amanah, itu kebahagiaan tiara tara ...
Jika mereka berbalik arah? Siapakah yang salah?
Astaghfirullahal Adhim ...

Terima kasih kepada para orang tua wali murid yang percaya kepada kami para guru.
Anda semua juga lebih dari guru. Bahasa kalbu, bahasa cinta, bahasa kasih, bahasa sayang anda semua ...
Yang mampu menghadirkan kehangatan dan kecerdasan. Kearifan dan kebijaksanaan, kesholehan dan jalan lurus
Kami para guru akan menjadi teman dan saudara untuk bapak dan ibu

Untuk semua saudara, sahabat, teman seperjuangan dalam mengemban amanah GURU.
Mari bersyukur dan berbangga ... Bahwa kita bukan sekedar agen perubahan.
Kita adalah PELITA KEHIDUPAN

Mari tingkatkan kepribadian DIGUGU dan DITIRU
Mari saling BERLOMBA DALAM KEBAIKAN
Mari jadikan amanah adalah ibadah

Allah SWT Maha Kuasa atas Segala Sesuatu
Kita tidak akan pernah kekurangan
Kita tidak akan pernah terabaikan
Karena kita mengemban amanah belajar bersama JIWA
Bukan hanya raga tak berasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar